Thursday, November 09, 2017

Natal Keempat

Ini adalah Natal keempat tanpa hadiah-hadiah mewah. Ini adalah Natal yang tidak sarat dengan materialisme. Ini adalah Natal lagi yang akan membawa kesejahteraan untuk hidup keluargaku kelak.

Di musim panas tahun 2014, aku membaca suatu buku konsep keuangan yang betul-betul membantu untuk merubah perilakuku terhadap uang. Buku itu tidak bilang untuk tunda Natal. Buku itu hanya membantu memberikan saran-saran atas persepsi dan tingkah laku seseorang jika orang itu mau menang dengan uang.

Uang, bukan berarti mau kaya atau bikin orang jadi kikir. Tapi maksudnya adalah kita harus bisa menguasai uang, supaya uang tidak mengendalikan hidup kita. Istilah orang dulu adalah untuk bisa menghindari "besar pasak daripada tiang."



Bukunya berjudul Total Money Makeover, karangan Dave Ramsey. Aku tidak tahu apakah buku ini dijual atau tidak di Indonesia, tapi kalau tidak dijual di sana, coba saja cek Amazon, siapa tahu ada.

Nah, sejak tahun 2014, keluarga kami memutuskan untuk tidak memberi hadiah satu sama lain untuk tiap Natal. Kalau kamu tinggal di Amerika Serikat, kamu akan mengerti kenapa ini adalah satu hal aneh. Di negeri bule sini nih, kamu akan dicap macem2x kalau kamu nggak ngasih hadiah2x Natal. Aku tahu itu karena sejak aku "skip" Natal, banyak orang2x yang melihat aku seolah2x aku ini makhluk asing dari planet Mars.

Contohnya, pada bulan Desember tahun 2014 di kantorku, mereka mau mengadakan "White Elephant". Istilah white elephant (atau gajah putih) artinya tiap orang akan memberikan satu hadiah Natal bagi satu (atau lebih) orang lain, dimana hadiah itu biasanya mahal dan ekspensif. Ini berasal dari legenda Raja Siam memberi hadiah gajah albino yang langka untuk orang yang tidak menyenangkan hatinya, supaya orang itu jadi bangkrut karena pembiayaan gajah yang sangat tinggi.



Tahun 2015, perayaan Natal di rumah tetap sederhana. Berhubung ini adalah masa transisi dari kerjaan lama ke kerjaan baru, kita tidak dibebani oleh kantor untuk acara tukar-menukar hadiah Natal.  Tidak bela beli hadiah lagi, melainkan tetap menghabiskan waktu bersama keluarga dan memberi perhatian satu sama lain.

Tahun 2016, kantor baruku merayakan Natal dan lagi-lagi aku "terpaksa" ikut berpartisipasi dalam program "Secret Santa". Konsep yang mirip dengan "White Elephant", tapi bedanya, ini tiap minggu kita harus ngasih hadiah pada salah satu orang yang namanya diundi untuk kita. Berarti 3 minggu berturut2 ngasih paling tidak 3 hadiah total, dan di minggu keempat kita "diharapkan" memberikan satu hadiah bergengsi. Ya okelah, kuturuti dengan hati berat, walaupun sebetulnya nggak mau.



Tahun 2017, tahun ini, aku narik garis batas. Sama seperti tahun lalu, program Secret Santa kembali datang menghampiri. Tapi bedanya, kali ini aku bilang tidak. Aku menolak untuk berpartisipasi. Bukannya karena aku pelit, tapi aku ini punya keuangan yang terbatas. Dalam arti kata aku masih punya hutang hipotek untuk dilunasi untuk rumah kami, mesti juga terus menambah tabungan dana pensiun untuk hari tua kelak (apalagi aku kan nggak punya anak, nggak bisa mengharapkan anak akan menjagaku kalau nanti aku tua renta, lah anaknya aja nggak ada!). Dan masih punya segudang keperluan lain yang harus dipersiapkan seperti dana keadaan darurat, tagihan kanan kiri untuk hidup, dan lain sebagainya.

Dan ajaibnya, aku tidak merasa bersalah untuk kembali lagi dalam situasi Natal tanpa hadiah. Malah aku pikir, arti Natal yang sebetulnya kan bukan hadiah. Yesus lahir di bumi justru dalam keadaan yang sangat jauh dari kemewahan dan keagungan. Malahan Yesus mengambil bentuk yang sesederhana mungkin, sebagai hamba yang lahir di palungan hewan. Natal yang sesungguhnya adalah memahami contoh yang diberikan Yesus, untuk semakin sederhana dan rendah hati. Bukannya pesta sana sini dan bikin orang jadi bangkrut!



Bilang tidak adalah sesuatu yang tidak gampang dilakukan. Tapi kadang kita harus bilang tidak kalau kita mau sukses dalam bidang apapun itu. Sama aza kan kayak bilang tidak untuk kue-kue dan donat-donat berkalori tinggi kalau kita mau serius nurunin berat badan. Ya keuangan juga sama. Kadang kita harus berani menyangkal diri sendiri kalau kita mau maju. Kalau nanti kita sudah punya banyak berlebih-lebih uang sampai nggak tau mau diapain tuh uang, boleh deh kita bilang iya ke hadiah Natal. Mau pilih mana? Sejahtera di hari tua karena rajin menabung, atau foya-foya sekarang dan kere kemudian?

Berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu,
Bersenang-senang kemudian.








No comments: